Soekarno, selain merupakan seorang proklamator kemerdekaan dan Presiden pertama RI, juga dikenal sebagai salah seorang pendiri dan tokoh Gerakan Non Blok (GNB). Bersama-sama dengan Josep Broz Tito (Yugoslavia), Jawaharal Nehru (India) dan Gamal Abdul Naseer (Mesir), beliau berhasil merangkul banyak negara untuk melakukan gerakan yang tidak memihak kepada salah satu blok di era perang dingin. Begitu kuatnya pengaruh GNB pada situasi internasional dewasa itu, maka negara-negara yang terlibat pada perang dingin pun menaruh hormat kepada GNB dan para pendirinya. Bukti bahwa GNB disegani tampak di salah satu bagian museum perang dunia kedua di Caen, Perancis. Di museum yang terletak di kota yang berjarak 12 km dari pantai Normandia, tempat mendaratnya pasukan sekutu saat akan menyerbu Jerman waktu perang dunia kedua, dapat ditemukan cerita tentang Soekarno dan tokoh-tokoh GNB. Cerita Soekarno sendiri digambarkan melalui keberadaan 3 majalah internasional yang memuat cover story Soekarno, buku “Sukarno” karya Cindy Adams, 1 set koleksi perangko dan 1 uang kertas bergambar Soekarno, dan sebuah kartu pos hari pertama tentang Konperensi Asia Afrika yang diterbitkan oleh kantor pos Filipina.
May 5, 2008
Cerita Soekarno di Caen, Perancis
January 30, 2008
Pangsar Soedirman dan Soeharto
“Lebih baek di bom atom dari pada merdeka kurang dari 100 prosen” , demikianlah tanggapan Panglima Besar Soedirman terhadap Soekarno – Hatta yang lebih memilih jalur perundingan dengan Belanda. Sejarah mencatat bagaimana heroiknya perjuangan gerilya Panglima Besar Soedirman kurang lebih 7 bulan melintasi hutan dan gunung di Jawa Tengah – Jawa Timur.
Setelah Ibu Kota Yogyakarta berhasil direbut kembali, Soeharto diminta oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX, untuk menjemput Pangsar Soedirman di Karangmojo yang jalannya sudah dihancurkan, Soeharto menuju ke Karangmojo menggunakan kuda. Pangsar Soedirman akhirnya kembali ke Yogyakarta disambut oleh Pasukan Kehormatan di Alun-alun, yang merupakan upacara penghormatan terakhir kepada Panglima Besar Soedirman sebelum beliau meninggal dunia 29 Januari 1950.
January 27, 2008
Wafatnya Sutan Syahrir
9 April 1966. Saat berpulangnya salah seorang bapak bangsa, Sutan Syahrir di Swiss. Walau dalam status tahanan politik, pemerintah yang berkuasa tetap mengijinkan dan menanggung biaya pengobatan di luar negeri selama hampir setahun. Tampak istrinya dan anak anaknya Krya Arsyah ( Buyung ) dan Siti Rabiah Parvati ( Upik ) menunggu jenasah di rumah sakit.
January 26, 2008
Tiga Serangkai
………………….Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi/ Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak/Kenang, kenanglah kami/ Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat/Berikan kami arti/Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian/
Kenang, kenanglah kami/yang tinggal tulang-tulang diliputi debu/Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
( Chairil Anwar )
Perjalanan dinas menteri 1947
Ilustrasi diatas adalah perjalanan dinas para Menteri Menteri Republik ketika meninjau front Jawa Timur. Mereka menunggu kereta di stasiun Mojokerto yang akan membawa kembali ke Jogjakarta. Tak ada uang dinas perjalanan, tak ada ruang tunggu VIP. Dari kiri ke kanan, Mr. Tan Po Goan ( Menteri Negara ), Mr. Amir Syarifuddin ( Menteri Pertahanan ), Agus Yaman ( Badan Penghubung ), Mr.Maria Ulfah ( Menteri Sosial ), Dr.Johannes Leimena ( Menteri Kesehatan ), Mr. Ali Budiardjo ( Sekretaris Negara ), Adnan Kapau Gani ( Menteri Kemakmuran ) dan Sutan Syahrir ( Perdana Menteri )