Cerita Indonesia

January 30, 2008

Pangsar Soedirman dan Soeharto

Filed under: BAPAK BANGSA,SOEHARTO — kapucino @ 5:02 pm
Tags: , ,

“Lebih baek di bom atom dari pada merdeka kurang dari 100 prosen” , demikianlah tanggapan Panglima Besar Soedirman terhadap Soekarno – Hatta yang lebih memilih jalur perundingan dengan Belanda. Sejarah mencatat bagaimana heroiknya perjuangan gerilya Panglima Besar Soedirman kurang lebih 7 bulan melintasi hutan dan gunung di Jawa Tengah – Jawa Timur.

Setelah Ibu Kota Yogyakarta berhasil direbut kembali, Soeharto diminta oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX, untuk menjemput Pangsar Soedirman di Karangmojo yang jalannya sudah dihancurkan, Soeharto menuju ke Karangmojo menggunakan kuda. Pangsar Soedirman akhirnya kembali ke Yogyakarta disambut oleh Pasukan Kehormatan di Alun-alun, yang merupakan upacara penghormatan terakhir kepada Panglima Besar Soedirman sebelum beliau meninggal dunia 29 Januari 1950.

jenderal sudirman dan letkol soeharto-ABNS

25 Comments »

  1. Perjuangan Jendral Soedirman memang sangat heroik. Namanya pun diabadikan di tiap kota sebagai nama jalan raya. Di jl. Sudirman jakarta saja sampai ada patungnya, tapi apa cuman sampai disitu saja ya penghargaan kita? Apalagi di sepanjang jalan terdapat banyak bangunan modern termasuk mall yang hedonis. Beda banget dengan Jendral Soedirman yang sangat bersahaja.
    Bikin aja mas filmnya, pasti bakal keren tuh. Moso film indo isinya cuman horor, komedi sama drama remaja?

    Comment by Kagum sama Soedirman — January 30, 2008 @ 6:32 pm | Reply

  2. Ups, kirain yang nulis mas iman, ternyata kapucino. Salah tempat suruh bikin film? Hi3

    Comment by Salah sambung — January 30, 2008 @ 6:34 pm | Reply

  3. hehe..
    yang pasti mas iman baca ni Mas…

    *moga2 dia mau 😐 ngarepp

    Comment by kapucino — January 30, 2008 @ 7:01 pm | Reply

  4. Foto-nya mana 😕
    Btw, aku emang paling demen ama Panglima Besar Soedirman selain Bung Karno tentu-nya. Dan hanya mereka yang mengisi hati-ku sebagai pejuang besar dalam sejarah bangsa ini 😉

    Comment by extremusmilitis — January 30, 2008 @ 8:38 pm | Reply

  5. @extremulistis
    emang ga kelihatan ya?
    disini baik2 saja….

    Comment by leksa — January 30, 2008 @ 10:06 pm | Reply

  6. mana fotonya???

    Comment by de — January 30, 2008 @ 11:10 pm | Reply

  7. Bener ilang photonya..
    kemarin ada …

    diupload ulang 🙂

    Comment by leksa — January 31, 2008 @ 10:55 am | Reply

  8. Semoga yang sekarang kelihatan beneran .. 🙂

    Comment by leksa — January 31, 2008 @ 12:20 pm | Reply

  9. trus berjuang juga mas iman … barangkali beberapa dekade lagi akan ada jl.iman brontoseno … hehehe

    Comment by mantan kyai — February 1, 2008 @ 6:39 am | Reply

  10. Bayangkan dia menjadi panglima besar pada usia 30 tahun…
    sementara kita seumur itu masih mikirin kok masih jomblo he he

    Comment by Iman Brotoseno — February 1, 2008 @ 9:09 am | Reply

  11. yang upload cerita ini dan gambarnya..adalah Leksa Kapucino

    Comment by Iman Brotoseno — February 1, 2008 @ 12:04 pm | Reply

  12. Foto yang bagus sekali, Panglima Besar Jenderal Soedirman telah menjadi inspirasi untuk TNI dan rakyat Indonesia sampai kapanpun bahwa dalam kondisi apapun rakyat Indonesia dan TNI tidak akan pernah menyerah.

    Kalau boleh saya posting amanat Panglima Soedirman semoga menjadi inspirasi buat kita semua:

    “Jangan sekali-kali diantara tentara kita ada yang menyalahi janji, menjadi pengkhianat nusa, bangsa dan agama, harus kamu sekalian senantiasa ingat, bahwa tiap-tiap perjuangan tertentu memakan korban, tetapi kamu sekalian telah bersumpah ikhlas mati untuk membela temanmu yang telah gugur sebagi ratna, lagi pula untuk membela nusa, bangsa dan agamamu, sumpah wajib kamu tepati, sekali berjanji kamu tepati.
    • Percaya kepada kekuatan sendiri
    • Teruskan perjuangan kamu.
    • Pertahankan rumah dan pekarangan kita sekalian.
    • Tentara kita jangan sekali-kali mengenal sifat dan perbuatan menyerah kepada siapapun juga yang akan menjajah dan menindas kita kembali.
    • Pegang teguh disiplin tentara lahir dan batin jasa pahlawan kita telah tertulis dalam buku sejarah Indonesia, kamu sekalian sebagai putera Indonesia wajib turut mengisi buku sejarah itu.”

    Amanat dalam rangka peresmian status kedudukan TRI bagian udara sejajar dengan TRI lainnya.

    Sumber: http://www.tniad.mil.id/sudirman/mutiara.php

    Comment by darma — February 1, 2008 @ 12:30 pm | Reply

  13. ucapan panglima soedirman itu mengutip kata-kata tan malaka.
    jendral yang bersahaja beda sma jendral tni sekarang

    Comment by sawung — March 7, 2008 @ 12:43 am | Reply

  14. wah banggaya………….. bangsa ini punya jendral besar seperi jendral besar soedirman

    Comment by Rio — November 8, 2008 @ 6:34 am | Reply

  15. jendral Soedirman hormat q kepadamu slalu……………

    Comment by vandals — November 20, 2008 @ 4:21 pm | Reply

  16. saya fans berat PANGSUD (Panglima Sudirman)

    saya rasa Soeharto tak pantas jadi Presiden!!!!!!!!!!
    yang pantas………
    Jendral Besar Panglima Soedirman seorang

    semoga beliau diterima ALLAH SWT Amin Yarrobbalallamin…….

    arek2(anak2)/konco2(tema2)/dulur2(saudara2) yg pny foto beliau, saya boleh minta????????????

    tolong dikirim melalui email saya

    Terima Kasih

    Comment by deddyareksoerobojo — December 1, 2008 @ 10:49 am | Reply

  17. saya fans berat PANGSUD (Panglima Sudirman)

    saya rasa Soeharto tak pantas jadi Presiden!!!!!!!!!!
    yang pantas………
    Jendral Besar Panglima Soedirman seorang

    semoga beliau diterima ALLAH SWT Amin Yarrobbalallamin…….

    arek2(anak2)/konco2(tema2)/dulur2(saudara2) yg pny foto beliau, saya boleh minta????????????

    tolong dikirim melalui email saya

    Terima Kasih

    Comment by deddyareksoerobojo — December 1, 2008 @ 10:50 am | Reply

  18. Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia sudah menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya melawan Belanda. Ia berlatarbelakang seorang guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan giat di kepanduan Hizbul Wathan.

    Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia sudah menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya melawan Belanda. Ia berlatarbelakang seorang guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan giat di kepanduan Hizbul Wathan.

    Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI). Ia merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak perduli pada keadaan dirinya sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya. Ia tercatat sebagai Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda Republik ini.

    Sudirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Hal ini boleh dilihat ketika Agresi Militer II Belanda. Ia yang dalam keadaan lemah karena sakit tetap bertekad ikut terjun bergerilya walaupun harus ditandu. Dalam keadaan sakit, ia memimpin dan memberi semangat pada prajuritnya untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Itulah sebabnya kenapa ia disebutkan merupakan salah satu tokoh besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri ini.

    Sudirman yang dilahirkan di Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916, ini memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa, sebuah sekolah yang terkenal berjiwa nasional yang tinggi. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tapi tidak sampai tamat. Sudirman muda yang terkenal disiplin dan giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan ini kemudian menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Kedisiplinan, jiwa pendidik dan kepanduan itulah kemudian bekal pribadinya hingga bisa menjadi pemimpin tertinggi Angkatan Perang.

    Sementara pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Ketika itu, pria yang memiliki sikap tegas ini sering memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.

    Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi karena prestasinya.

    Ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang, ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat pertempuran dengan tentara sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Sudirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama lima hari itu akhirnya memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.

    Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang berfungsi.

    Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.

    Maka dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya. Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga hampir-hampir tidak ada. Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan petunjuk seakan dia sendiri tidak merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.

    Sudirman yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Jenderal yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang masih relatif muda, 34 tahun.

    Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan.

    Info penting dalam artikel :

    – Sebelum menjadi jenderal, Sudirman adalah seorang guru.

    – Jenderal Sudirman menjadi Jenderal pada usia 31 tahun dan meninggal pada usia 34 tahun demi mempertahankan Indonesia, tanpa memikirkan kesehatannya sendiri.

    – Sudirman meninggal bukan karena Belanda, tapi karena penyakit paru-parunya yang parah.

    – Sudirman meninggal di Magelang pada 29 Januari 1950.

    Comment by deddyareksoerobojo — December 1, 2008 @ 10:51 am | Reply

  19. saya fans berat PANGSUD (Panglima Sudirman)

    saya rasa Soeharto tak pantas jadi Presiden!!!!!!!!!!
    yang pantas………
    Jendral Besar Panglima Soedirman seorang

    semoga beliau diterima ALLAH SWT Amin Yarrobbalallamin…….

    arek2(anak2)/konco2(tema2)/dulur2(saudara2) yg pny foto beliau, saya boleh minta????????????

    tolong dikirim melalui email saya,

    Terima Kasih

    Comment by deddyareksoerobojo — December 1, 2008 @ 10:51 am | Reply

  20. saya fans berat PANGSUD (Panglima Sudirman)

    saya rasa Soeharto tak pantas jadi Presiden!!!!!!!!!!
    yang pantas………
    Jendral Besar Panglima Soedirman seorang

    semoga beliau diterima ALLAH SWT Amin Yarrobbalallamin…….

    arek2(anak2)/konco2(tema2)/dulur2(saudara2) yg pny foto beliau, saya boleh minta????????????

    tolong dikirim melalui email saya

    Terima Kasih.

    Comment by deddyareksoerobojo — December 1, 2008 @ 10:52 am | Reply

  21. […] Pangsar Soedirman dan Soeharto […]

    Pingback by cerita INDONESIA dalam GAMBAR | new!! ::dharma-putra.com:: — February 18, 2009 @ 5:44 am | Reply

  22. aduh kok gak ada peta jalur/rute gerilya?

    Comment by sugeng — March 27, 2009 @ 9:10 am | Reply

  23. tolong donk cariin tentang bentuk-bentuk perjuangan jendral yg begitu tangguh ini

    Comment by eti — July 1, 2009 @ 9:26 am | Reply

  24. yg bilang ga pantas itu orang gila…

    Comment by sang jendral — August 27, 2009 @ 10:19 am | Reply

  25. […] Pangsar Soedirman dan Soeharto […]

    Pingback by cerita INDONESIA dalam GAMBAR « Jenstea's Blog — February 16, 2010 @ 3:09 am | Reply


RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a reply to cerita INDONESIA dalam GAMBAR | new!! ::dharma-putra.com:: Cancel reply

Create a free website or blog at WordPress.com.