Perjanjian Linggajati

Gedung pada foto di atas merupakan tempat pertemuan perundingan Linggajati yang berlangsung pada tanggal 11-13 November 1947. Gedung yang berada di daerah Kuningan Jawa Barat, yang sekarang dikenal sebagai Museum Perundingan Linggajati, merupakan saksi sejarah diplomasi awal Indonesia. Di gedung inilah untuk pertama kalinya Indonesa dan Belanda duduk dalam satu meja perundingan sebagai dua pihak yang sama kedudukannya.

Delegasi Indonesia dalam perundingan ini dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir dengan anggota Mohammad Roem, Susanto Tirtoprodjo dan AK Gani. Sementara dipihak Belanda dipimpin oleh Prof Ir. Schermeron dan beranggotakan Max Van Poll, F de Boer and H.J Van Mook.

Melalui perundingan yang alot dan dimediasi oleh Lord Kilearn dari Inggris, akhirnya disepakati antara lain hal-hal sebagai berikut:
– Terbentuknya suatu negara federasi yang dinamakan Indonesia Serikat
– terbentuknya Uni Indonesia-Belanda
– Belanda mengakui kedualatan Indonesia terhadap wilayah Jawa, Sumatera dan Madura

Perjanjian Linggajati ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947 oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir, mewakili Pemerintah Indonesia, dan Gubernur Jenderal HJ Van Mook, mewakil Pemerintah Belanda. Meski hasil perundingan ini belum mencakup bagian Indonesia lainnya, secara keseluruhan perundingan ini berhasil mendesak Belanda untuk mengakui kedaulatan Indonesia. Karenanya pengakuan kedaulatan terhadap wilayah Indonesia lainnya oleh Belanda tinggal menunggu waktu.